Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Imam Syafii di Dalam Mencari Ilmu

Gambar kafilah unta di gurun pasir yang luas.

Dalam satu majelis pada satu kesempatan yang berharga, pernah guru kami yang mulia, Syeikh Faiz El Kautsar Hafizhahullah Ta'ala memberikan kepada kami hikmah dan nasihat luar biasa seputar semangat dan istiqamah di dalam menghafal Al-Qur`an dan mencari ilmu:

֍   ֍   ֍

Segala puji bagi Allah yang telah menghadirkan kita di pondok ini untuk menghafal Al-Qur`an dan mempelajari bahasa Arab.

Di pondok pusat Dar El-Wihdah (tempat saya menghafal Al-Qur`an dan menuntut ilmu, red) di Jawa Tengah, ada seorang santri yang mampu menghafal 2 lembar Al-Qur`an dalam sehari. Jadi, ia hanya membutuhkan 5 hari saja untuk mendapatkan satu juz Al-Qur`an.

Dalam satu bulan ada 30 hari, sedang hari libur di pondok adalah hari Jum'at. Satu bulan ada 4 pekan, sehingga ada 4 hari libur. Sisanya adalah 26 hari. Berarti dalam satu bulan ia mendapatkan 5 juz hafalan Al-Qur`an. Berarti ia dapat mengkhatamkan hafalan Al-Qur`annya hanya 6 bulan saja.

Kalau kita menghafal setiap hari 1 lembar, maka mudah saja kita menghitungnya. Apabila 2 lembar khatam dalam waktu 6 bulan, berarti 1 lembar setiap hari kita khatam dalam waktu 12 bulan (1 tahun).

֍   ֍   ֍

Di Pondok ini kita juga belajar bahasa Arab. Mengapa kita belajar bahasa Arab? Sebab baginda Rasulullah Saw. pernah bersabda:

أَحِبُّوا الْعَرَبَ لِثَلَاثٍ : لِأَنِّي عَرَبِيٌّ، وَالْقُرْآنَ عَرَبِيٌّ، وَكَلَامَ أَهْلِ الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ.

Cintailah (bahasa) Arab karena 3 perkara: 

  1. karena aku (Nabi) orang Arab, 
  2. karena Al-Qur`an berbahasa Arab, dan 
  3. karena bahasa ahli Surga adalah bahasa Arab.

Kita ingin masuk Surga, maka pelajarilah bahasa Arab, karena ia adalah bahasa ahli Surga. Kalau tidak, di Surga kita memakai bahasa isyarat. Mau tidak berbicara di Surga pakai bahasa isyarat? (beliau bertanya sambil tersenyum kepada kami). Tentu kita tidak ingin.

֍   ֍   ֍

Bagaimana agar mudah menghafal Al-Qur`an? Yaitu nabta'id 'anil ma'ashi (menjauhkan diri dari maksiat). Karena Imam Syafi'i Rahimahullah Ta'ala berkata dalam syairnya:

....... * وَنُورُ اللهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

"... cahaya Allah (ilmu) tidak akan diberikan kepada orang-orang yang senantiasa berbuat maksiat."

Misalnya, di suatu malam yang gelap, tak terlihat satupun benda. Kemudian kita nyalakan korek api kecil, maka lenyaplah kegelapan. Karena...

فَلَنْ يَجْتَمِعَ نُورٌ وَظُلْمٌ فِي مَكَانٍ وَاحِدٍ

...tidak akan berkumpul cahaya dan kegelapan di satu tempat.

Dengan meninggalkan maksiat, Allah yu'thii lanaa nuurah (Allah memberi kita cahaya-Nya).

֍   ֍   ֍

Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah berkata di dalam syairnya:

أَلَا لَا تَنَـالُ الْعِلْمَ إِلَّا بِسِتَّـةٍ

سَأُنْبِيكَ عَنْ مَجْمُوعِهَا بِبَيَانِ

"Ketahuilah, bahwasanya kau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan 6 perkara yang akan kusebutkan beserta penjelasannya."

ذَكَاءٌٍ وَحِرْصٌٍ وَاصْطِبَارٌٍ وَبُلْغَةٌٍ

وَصُحْبَةُِ أُسْتَـاذٍ وَطُولُِ زَمَـانِ

Yang pertama adalah : dzakaa` (kecerdasan). Maka kecerdasan adalah suatu hal yang penting dalam menuntut ilmu. Begitu pula dalam menghafal Al-Qur`an. Ada di antara kita yang mampu menghafal Al-Qur`an 2 lembar, ada juga yang 1 lembar, 1 kaca (halaman), bahkan hanya setengah kaca.

Yang kedua adalah : hirsh (rakus atau tamak). Haruslah bagi para penuntut ilmu memiliki sifat tamak dalam ilmu. Ada seorang Shahabat yang pergi mengembara ke Madinah hanya untuk mempelajari sebuah hadits saja.

Dan yang tidak kalah penting bagi thalib ilm (penuntut ilmu) adalah ijtihad (sungguh-sungguh). Sebuah syair mengungkapkan:

بِقَدْرِ الْكَدِّ تُكْتَسَبُ الْمَعَالِي

وَمَنْ طَلَبَ الْعُلَى سَهِرَ اللَّيَـالِي

Setinggi apa usaha kita, maka setinggi itu pulalah derajat yang 'kan kita dapatkan.

Barangsiapa yang menginginkan derajat yang tinggi (di sisi Allah) maka hendaklah ia terjaga pada malam hari.

Dan yang mesti diingat pula:

وَأَفْضَلُ الْجِهَادِ جِهَادُ النَّفْسِ

Jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu.

Yang ketiga adalah : ishtibar (sabar).

Yang keempat adalah : bulghah (biaya) dalam menuntut ilmu.

Yang kelima adalah : shuhbatu ustadz (relasi/hubungan baik nan erat dengan guru kita). Artinya sering-seringlah mendatangi ustadz kita, meminta nasihat, bimbingan, dsb. Atau mungkin kita punya masalah, kita keluh kesahkan masalah kepadanya, dan meminta jalan keluar.

Dan yang terakhir (keenam) adalah : thulu zaman (waktu yang panjang).

֍   ֍   ֍

Sebenarnya masih banyak mutiara hikmah yang beliau sampaikan. Maka, InsyaAllah saya akan meneruskan tulisan ini pada postingan-postingan selanjutnya. InsyaAllah...

Semoga Allah Ta'ala memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada saya (khususnya) agar saya bisa mengamalkan apa yang telah guru saya sampaikan.

֍   ֍   ֍

Nasihat dan Bayan Guru Saya,
Syeikh Faiz El Kautsar, Hafizhahullah Ta'ala,
Selasa, 6 Rabi'ul Awwal 1438 H / 6 Desember 2016

Umar Abdul Aziz
Umar Abdul Aziz Hanya seorang Bloger biasa yang fakir ilmu. Alumni Ponpes Ma’had El-Wihdah, dan sekarang mengabdi di Ponpes Markaz Syariah

Posting Komentar untuk "Imam Syafii di Dalam Mencari Ilmu"

UmarHuseini
Ahlan Wa Sahlan! Selamat Datang di Blog Saya! Setelah membaca postingan saya, saya harap anda meninggalkan jejak dengan memberi komentar dan masukan. Syukran...
TUTUP