Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khutbah Jum'at 16 Ramadhan 1444 H - 7 April 2023

[Pembukaan Indonesia]

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan kepada kita nikmat yang begitu banyak, serta masih memberikan kesempatan kepada kita tuk dapat berjumpa dengan bulan suci Ramadhan. Semoga Allah Ta’ala terima semua ibadah kita di bulan Ramadhan. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada sang pembawa hidayah, yang berdakwah menunjukkan jalan kepada kita selaku umatnya dari kegelapan menuju cahaya hidayah, sehingga kita semua kenal siapa Allah, kenal Baginda Rasulullah, kenal siapa yang berhak untuk kita sembahi, yaitu Allah Ta’ala.

[Pertengahan Ramadhan Telah Berlalu]

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Tak terasa kita sudah berada di pertengahan bulan suci Ramadhan. Setengahnya telah kita lalui bersama, namun marilah kita merenungi sejenak apa saja bentuk ketaatan dan ibadah yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan, dan apakah kita sudah maksimal dalam ketaatan kita kepada Allah Ta’ala, maksimal dalam menjauhi segala hal yang dilarang Allah Ta’ala khususnya di dalam bulan Ramadhan?

[Pembagian Derajat Puasa oleh Imam Ghazali]

Al-Imam Al-Ghazali Rahimahullah Ta’ala di dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumiddin, secara garis besar menuliskan pembagian derajat puasa menjadi dua bagian:

Pertama: puasa reguler, yaitu puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan syahwat. Ini adalah derajat puasa yang rendah, bahkan hewan pun kalau hanya menahan makan dan syahwat maka hewan pun mampu menahannya. Namun kita diciptakan Allah Ta’ala menjadi makhluk yang terhormat, menjadi sebaik-baik makhluk di antara semua ciptaan Allah. Maka manusia yang memiliki hati dan nurani yang bersih tentu tak ingin memiliki tingkat puasa yang setara dengan hewan, ia ingin meningkatnya mujahadahnya dan kesungguhannya di dalam ketaatannya kepada Dzat yang telah menciptakannya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka Al-Imam Al-Ghazali menuliskan derajat berikutnya:

Kedua: puasa VIP, yaitu puasa menahan seluruh anggota tubuh kita dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Ta’ala, terlebih di bulan suci Ramadhan. Puasa telinga dari mendengar hal-hal yang sia-sia, puasa mata dari melihat hal-hal yang diharamkan Allah, puasa lisan dari mengghibah menggunjing orang lain, puasa tangan dari mengambil hak orang lain tanpa izin, puasa kaki dari melangkah ke arah menjerumuskan diri ke dalam murka Allah, begitu juga semua anggota tubuh kita lainnya.

[Sabda Nabi ﷺ tentang Keutamaan Menjaga Pandangan]

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Puasa mata menurut Al-Imam Al-Ghazali yaitu bukan hanya menahan dari memandang sesuatu yang diharamkan Allah, namun bahkan puasa mata yaitu menahan segala sesuatu yang dapat memalingkan kita dari mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Di dalam riwayat Al-Imam Ath-Thabarani, Baginda Rasulullah ﷺ bersabda,

« النظرة سهم مسموم من سهام إبليس ، فمن تركها خوفا من الله . .  آتاه الله عز وجل إيمانا يجد حلاوتَه في قلبه » .

“Pandangan mata itu adalah salah satu anak panah dari semua anak panah Iblis. Barangsiapa yang meninggalkan pandangan yang makruh bahkan haram karena rasa takutnya kepada Allah, maka Allah Ta’ala akan memberikan kepadanya rasa manis iman di dalam hatinya.”

[Sabda Nabi ﷺ tentang Keutamaan Menjaga Lisan]

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Juga berpuasa menahan lisan kita dari berdusta, mengghibah, sumpah palsu, dan sebagainya.

Di dalam riwayat Shahabat Jarir dari Shahabat Anas Radhiyallahu ‘anhuma, Baginda Rasulullah ﷺ bersabda,

« خمس يُفطِرن الصائم : الكذب ، والغيبة ، والنميمة ، واليمين الكاذبة ، والنظر بشهوة » .

“Lima perkara yang dapat membatalkan (merusak) pahala puasa: berbohong, menggunjing, mengadu domba, bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat.”

[Kisah Dua Wanita di Zaman Rasulullah ﷺ]

Al-Imam Ahmad meriwayatkan bahwa: di zaman Baginda Rasulullah ﷺ ada dua wanita yang sedang berpuasa. Lalu petang hari dua wanita tadi didera rasa lapar dan haus yang luar biasa sehingga hampir saja membuat keduanya meninggal dunia. Melihat keadaan dua wanita tersebut yang begitu mengenaskan, maka akhirnya seorang shahabat mendatangi Baginda Rasulullah ﷺ memberi kabar kepadanya mengenai nasib kedua wanita tadi. Maka Baginda Rasulullah ﷺ memberi sebuah mangkok kepadanya, dan memerintahkan dua wanita tadi agar memuntahkan semua isi perutnya.

Maka wanita pertama menuruti perintah Rasul ﷺ. Wanita pertama ini memuntahkan darah dan beberapa potong daging kecil dari perutnya sehingga memenuhi setengah mangkuk. Begitu pula wanita kedua, ia memuntahkan darah dan potongan daging sehingga memenuhi mangkuk tadi.

Semua shahabat terheran-heran atas kejadian ini. Maka Baginda Rasulullah ﷺ bersabda atas kejadian tersebut,

« هاتان صامتا عما أحل الله لهما ، وأفطرتا على ما حرّم الله عليهما ... » .

“Dua wanita ini berpuasa menahan dari makan dan minum, namun membatalkannya dengan mengghibah... .”

“... Ketika wanita pertama sedang duduk-duduk, wanita kedua menghampirinya, maka jadilah mereka berdua mengghibahi manusia. Maka apa yang mereka muntahkan tadi itulah bangkai saudaranya yang mereka makan.”

[Kesimpulan dari Kisah di Atas]

Maka dari kisah di atas dapat kita ambil pelajarannya, bahwa orang yang melakukan perbuatan dosa ketika berpuasa, maka maksiat itu akan membuatnya berat dalam berpuasa. Dan sebaliknya, orang yang mengisi hari-harinya dengan ketaatan kepada Allah, maka ia akan merasa ringan dalam berpuasa. Maka kalau kita ingin menjalani hari-hari di bulan Ramadhan dengan ringan, sibukkanlah diri kita dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

[Perbanyak Membaca Al-Qur`an]

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Maka puasanya lisan adalah dengan menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan memperbanyak membaca Al-Qur`an, dan nanti malam adalah malam ke-17, malam diturunkannya Al-Qur`an secara utuh ke dunia. Maka bulan Ramadhan dan Al-Qur`an adalah dua yang saling erat dan tidak bisa dipisahkan. Maka Allah Ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya,

« شهر رمضان الذى أنزل فيه القرءان هدى للناس » .

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an; sebagai petunjuk bagi umat manusia.”

Maka di dalam ayat ini Allah Ta’ala tidaklah menyebutkan Syahru Ramadhan melainkan setelahnya Allah sebutkan Al-Qur`an; menandakan betapa eratnya hubungan antara bulan Ramadhan dan Al-Qur`an.

[Kebiasaan Para Ulama di Bulan Ramadhan]

Maka sudah menjadi kebiasaan para salafusshalih kita terdahulu untuk banyak-banyak mengkhatamkan Al-Qur`an. Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur`an sebanyak 60 kali khatam pada bulan Ramadhan; siang sekali, malam sekali. Syeikh Said Bin Jubair mengkhatamkan setiap dua malam. Shahabat Qatadah Radhiyallahu ‘anhu biasa mengkhatamkan Al-Qur`an setiap tiga hari sekali. Maka begitu banyak kisah keakraban para ulama kita terhadap Al-Qur`an.

[Kesimpulan dan Penutup]

Maka yang dapat kita simpulkan dari khutbah Jum’at ini setidaknya ada tiga kesimpulan:

Pertama: puasanya orang-orang shalih bukan hanya sekadar menahan lapar dan syahwat semata, namun menahan semua anggota tubuh kita dari hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala.

Kedua: beratnya kita di dalam menjalani ibadah puasa adalah karena mengerjakan maksiat, dan jauh dari ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dan ringannya puasa dengan menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Ketiga: sibukkan diri dengan memperbanyak membaca dan mengkhatamkan Al-Qur`an, sebab Bulan Ramadhan dan Al-Qur`an adalah dua yang saling erat. Dan ini adalah kebiasaan orang-orang Shalih.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita hamba yang terpilih untuk menjadi hamba yang betul-betul maksimal di dalam ketaatan di dalam bulan Ramadhan. Dan semoga tidaklah kita keluar dari bulan suci Ramadhan, melainkan Allah Ta’ala membersihkan diri kita dari dosa, bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Serta Allah Ta’ala jadikan kita orang-orang yang bertaqwa. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

Oleh: Alfaqir Umar

Umar Abdul Aziz
Umar Abdul Aziz Hanya seorang Bloger biasa yang fakir ilmu. Alumni Ponpes Ma’had El-Wihdah, dan sekarang mengabdi di Ponpes Markaz Syariah

Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at 16 Ramadhan 1444 H - 7 April 2023"

UmarHuseini
Ahlan Wa Sahlan! Selamat Datang di Blog Saya! Setelah membaca postingan saya, saya harap anda meninggalkan jejak dengan memberi komentar dan masukan. Syukran...
TUTUP