Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menyangkal Tuduhan Orientalis Bahwa Nabi Muhammad ﷺ Memiliki Rasa Ingin Berlebih Terhadap Wanita

Dalam Bahasa Arab, orang-orang orientalis disebut sebagai 'mustasyriqin'. Nama itu sendiri berasal dari kata 'syarq' yang artinya 'timur'.

Siapakah orientalis? Mengapa disebut 'mustasyriqin'?

Nama itu disematkan kepada mereka sebab mereka banyak menggali ilmu-ilmu ketimuran (yakni agama Islam), sehingga tidak heran jika banyak dari mereka yang juga hafal Al-Qur`an, hadits, bahkan memahami tafsirnya.

Tujuan mereka mempelajari Islam

Tujuan mereka berbuat demikian adalah banyak hal. Di antaranya:

  1. Mereka sejak awal mendalami Islam dengan tujuan bagus, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka, yang pada akhirnya mereka mendapat petunjuk dan cahaya hidayah dari Allah sehingga memeluk Islam.
  2. Mereka mendalami Islam dengan tujuan tidak baik, untuk menyesatkan dan membodohi umat Islam, namun pada akhirnya mereka menemukan titik yang sama, yaitu hidayah dari Allah dan memeluk Islam.
  3. Mereka yang mendalami Islam dengan tujuan menyesatkan dan membodohi umat Islam, dan hati mereka telah tertutup dari cahaya hidayah sehingga mereka betul-betul menjadi musuh Islam. Dan mereka inilah yang akan kita bahas.

Maka di antara tuduhan yang sangat keji yang mereka lontarkan kepada Baginda Rasulullah ﷺ adalah mereka menuduh beliau sebagai Rojul Syahwaniy (lelaki bersyahwat tinggi), WAL 'IYADZU BILLAHI MINHUM.

Allah Ta'ala takkan pernah lalai sedikitpun dari perbuatan mereka. Setiap kali ada segelintir hamba-Nya yang ingkar dan merendahkan derajat dan martabat Baginda Rasulullah ﷺ, maka Allah Ta'ala gerakkan lidah-lidah hamba-Nya yang taat untuk membantah pernyataan dan tuduhan mereka.

Jawaban Ulama Aswaja

Para Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah menjawab tuduhan keji mereka dengan jawaban yang begitu panjang dan gamblang, yang ringkasan dan kesimpulannya kami kutip dari kitab Jalaa-ul Afhaam karya Ustadz Muhammad Ihya Ulumiddin, murid Sayyid Muhammad Bin Alwi al-Maliki.

Dan semua perbuatan dan ucapan Baginda Rasulullah ﷺ adalah wahyu dari Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ 3 إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ 4

"Tidaklah Nabi Muhammad ﷺ berkata atas dasar hawa nafsunya, melainkan semua itu adalah wahyu dari Allah Ta'ala." (Surah Annajm: 3-4)

Hikmah Nabi ﷺ Berpoligami

Maka banyak hikmah dan tujuan barokah di balik poligaminya beliau ﷺ, di antaranya:

1. Mempermudah Da'wah Nabi ﷺ

Hikmah pertama yaitu menjadikan Baginda Rasulullah ﷺ memiliki hubungan yang erat di antara para shahabat dan pembesar kaumnya, yang terikat dengan hubungan besanan, sehingga dengan adanya hubungan kekeluargaan, semakin memudahkan beliau ﷺ dalam menyebarkan da'wah.

2. Panutan dalam Berumah Tangga

Seluruh Kehidupan Baginda Rasulullah ﷺ adalah suri tauladan bagi umatnya. Dan dengan hadirnya para istri Baginda Nabi ﷺ kita jadi tahu kehidupan sehari-hari beliau. Sebab istrilah yang paling mengetahui keadaan suaminya di dalam rumah.

Berapa banyak riwayat yang kita peroleh dari istri-istri Rasulullah ﷺ seputar hukum-hukum syariat dalam berumah tangga dan bergaul dengan istri, seperti mandi besar, haid dan nifas. Maka merekalah yang membantu mengembankan tugas Baginda Nabi ﷺ yang mulia, di dalam menyampaikan syariat, serta mengajarkannya kepada umat.

3. Menjaga Muruah Kaum Muslimah

Kebanyakan istri-istri Nabi ﷺ telah memeluk Islam sebelum Nabi ﷺ memperistri mereka. Mereka ditinggal oleh suaminya, entah ditinggal wafat atau diceraikan. Agar kehidupan mereka tidak terlantar begitu saja, dan agar senantiasa menjaga keimanannya, Nabi ﷺ memperistri mereka.

Statement mereka, dan jawaban Aswaja

Mungkinkah tuduhan mereka bahwa Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rojul Syahwani adalah benar? Mari kita bahas bersama:

Nabi Muhammad ﷺ pertama kali menikahi Sayyidatina Khadijah Radhiyallahu 'anha yang berusia 40 tahun, sementara beliau ﷺ sendiri saat menikahinya berusia 25 tahun. Jika kita pikir, bila benar Nabi ﷺ menikahi wanita karena menuruti syahwatnya, lantas mengapa beliau tidak memilih wanita sebaya atau lebih muda? Justru menikahi wanita yang 15 tahun lebih tua dari beliau ﷺ?! Bahkan, beliau tidak pernah berpoligami selama 25 tahun hidup bersama Sayyidatina Khadijah sampai ia wafat saat Nabi ﷺ berusia 50 tahun.

Faktanya: Kehidupan Baginda Rasulullah ﷺ jauh dari hanya sekedar bersenang-senang dan bersenda gurau. Siang hari Beliau ﷺ tidak henti-hentinya membimbing umat, terus-menerus dalam berjuang dan jihad untuk menyebarkan Islam serta melawan musuh. Dan di malam hari Beliau ﷺ senantiasa beribadah, sampai kaki Beliau bengkak. Saat ditanya oleh istrinya, Sayyidah Aisyah, perihal kesungguhannya dalam beribadah, beliau menjawab, "Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?"

Kesimpulannya: Tampak dari segala kesibukan Beliau sebagai Pemimpin dunia dan akhirat, yang mengemban tugas berat nan mulia dari Allah Ta'ala, sebagai Nabi dan Rasul-Nya, Allah Ta'ala muliakan Beliau dari segala macam cemoohan dan tuduhan yang berusaha merendahkan Beliau.

Semoga Allah Ta'ala mengumpulkan kita semua bersama kekasih kita, Baginda Nabi Muhammad ﷺ di Firdaus-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Posting Komentar untuk "Menyangkal Tuduhan Orientalis Bahwa Nabi Muhammad ﷺ Memiliki Rasa Ingin Berlebih Terhadap Wanita"

UmarHuseini
Ahlan Wa Sahlan! Selamat Datang di Blog Saya! Setelah membaca postingan saya, saya harap anda meninggalkan jejak dengan memberi komentar dan masukan. Syukran...
TUTUP