Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Halal Bihalal Santri dan Alumni El Wihdah Jabodetabek 1445 H - 2024

Alhamdulillah, berkat doa restu dari para Masyayikh dan Asatidzah pondok pesantren Dar El Wihdah, acara Halal Bi Halal alumni, santri & muntasibin Jabodetabek dan sekitarnya berjalan dengan lancar.

Acara ini diselenggarakan di kediaman salah satu santri Ma’had Aly Dar El Wihdah yang berdomisili di kab. Bekasi, Jawa Barat, pada hari Sabtu, 11 Syawwal 1445 H bertepatan dengan tanggal 20 April 2024. Dipimpin langsung oleh guru kami tercinta, al-Qari al-Muqri al-Musnid asy-Syeikh Gus Ahmad Dzulfaqar, Lc., beliau memberikan banyak nasihat yang berharga demi bekal kehidupan kami khususnya sebagai santri dan alumni.

Istimewanya, acara ini perdana! Artinya, bagi para alumni dan santri Dar El Wihdah sekitar Jabodetabek, Halal Bihalal ini menjadi yang pertama kalinya diadakan. Acara ini dimulai dengan shalat Ashar berjamaah yang langsung diimami oleh guru kami, Gus Fakar, demikianlah sapaan akrab beliau di tengah-tengah santri dan masyarakat pondok. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Hizbul Bahr al-Imam asy-Syadzili, pembacaan maulid Dhiya`ul Lami’ karangan al-Habib Umar Bin Hafizh.

Setelah pembacaan maulid, acara semakin syahdu dengan pembacaan kitab Attibyan oleh santri disertai syarh dan penjelasan dari beliau. Banyak sekali faidah dan hikmah yang kami petik dari penjabaran beliau, yang akan kami sertakan rangkumannya di akhir artikel ini. Sekitar 20 menit menjelang maghrib, acara ditangguhkan sementara dengan ramah tamah yang telah disediakan serta dilanjutkan dengan shalat Maghrib berjamaah.

Rencana awal, acara hanya berlangsung sampai pukul setengah enam petang. Namun beberapa alumni yang hendak datang masih dalam perjalanan sebab terjebak macet, dan beliau dengan senang hati memperpanjang rangkaian acara agar alumni tidak tertinggal mendapat keberkahan majelis tersebut.

Setelah maghrib berjamaah, lengkap semua daftar kehadiran. Dan acara dilanjut dengan majelis shuhbah bersama beliau. Kami dengan khidmat dan tawajjuh menyimak petuahnya. Terakhir, beliau meminta dua santri untuk memberikan kesan dan pesan, lalu melantunkan syair karya Kyai Dimyathi bersama-sama, dan ditutup dengan shalat ‘Isya berjamaah.

Berikut beberapa poin yang dapat kami rangkum:

1. Imam an-Nawawi Rahimahullah beliau hanya berumur tidak lebih dari 45 tahun, namun beliau memiliki segudang karya tulis di berbagai disiplin ilmu. Dan ada tiga kitab karangan Imam an-Nawawi yang hampir ada di setiap rumah orang Arab, yaitu:

  • Riyadhush Shalihin di bidang hadits. Bahkan ada ungkapan: “Man laisa lahu riyadhush shalihin falaisa minash shalihin” yang artinya: “Barangsiapa yang tidak memiliki kitab Riyadhush Shalihin, maka dikhawatirkan ia tidak termasuk orang shalih.”
  • Al-Adzkar. Ungkapan ulama tentang pentingnya memiliki kitab ini: “Bi’id Daar Wasytaril Adzkaar” yang artinya: “Juallah rumahmu, dan belikan kitab al-Adzkar.”
  • Al-Arba’un An-Nawawiyyah, kumpulan 40 hadits Baginda Nabi ﷺ

2. Dari Imam an-Nawawi, kita mendapat pelajaran bahwa penting bagi ahli ilmu untuk memiliki karya tulis yang bermanfaat. Ahli dunia saja mereka semangat menulis demi bisnis dan jabatannya, kita lebih berhak untuk semangat menulis ilmu agama. Begitu pula dahulu al-Qur`an ditulis ulang dan dikumpulkan oleh Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu melalui usulan dari para shahabat, mengingat banyak shahabat penghafal al-Qur`an yang gugur di medan jihad, sebagai bentuk menjaga Kalam-Nya yang Mulia. Maka al-Qur`an dijaga dengan hafalan dan tulisan.

3. Adanya empat madzhab fiqih yang masih ada hingga saat ini merupakan jerih payah para muridnya di dalam menulis hasil ijtihad para Imam yang empat. Padahal dahulu madzhab fiqih banyak sekali, di antaranya Imam Dawud Azh-Zhahiri, dan sebagainya. Namun sedikitnya murid mereka yang menulis, sehingga ijtihadnya tidak sampai pada kita.

4. Seorang ulama besar kalangan Hanafiyyah, Imam as-Sarakhsi, beliau suatu saat mendapat hukuman penjara di dalam sumur dari pemerintah yang zalim. Dengan segala keterbatasan, beliau setiap hari didatangi oleh murid-muridnya seraya mendiktekan kitab beliau agar selanjutnya ditulis oleh para muridnya. Dan yang luar biasa, beliau tidak membuka referensi satu pun saat mengarang kitab setebal 30 jilid bernama al-Mabsuth. Tidak diragukan lagi kecerdasannya yang luar biasa.

5. Terciptalah mahakarya Imam as-Sarakhsi melalui goresan tinta muridnya yang rajin. Begitu penting sosok murid yang bersungguh-sungguh. Walaupun satu, tapi jadi. Makanya ada ungkapan: “al ‘ibratu liman shadaq, wa laisa liman sabaq” yang artinya: “Tolak ukur keberhasilan adalah bagi orang yang bersungguh-sungguh, bukan orang yang asal buru-buru dalam belajar.” Seperti permisalan dua santri A dan B, si A lebih dahulu mondok, bahkan sudah sepuluh tahun lamanya. Sebab dia bermalas-malasan, maka lama jadinya. Berbeda dengan si B, yang beberapa tahun kemudian baru masuk pesantren. Sebab dia rajin, hanya dua tahun ia mampu mengungguli si A. Wallahu A’lam.

6. Disebutkan di dalam kitab tafsir Imam Fakhruddin Ar-Razi bahwa di antara rahasia keberkahan ilmu adalam membaca surah al-Fatihah yang dihadiahkan kepada para guru dan pengarang kitab tersebut.

7. Guru kita, Gus Fakar, suatu ketika berkunjung ke salah satu pesantren di Jawa Timur dan bertemu dengan Bu Nyai di sana. Beliau bertutur bahwasanya di antara amalannya adalah setiap 3 hari sekali mengkhatamkan al-Qur`an. Di tengah kesibukannya dengan pesantrennya, juga dengan mencuci, membereskan rumah, mengurusi anak, namun sempat mengkhatamkan al-Qur`an setiap 3 hari sekali.

8. Sesibuk apapun kita jangan sampai tidak membaca al-Qur`an, meskipun hanya setengah juz atau kurang dari itu. Disebutkan: “Maa laa yudraku kulluhu laa yutraku kulluhu” yang artinya: “kalau tidak bisa memperoleh semuanya, jangan sampai malah meninggalkan semuanya.”

9. Pesan Imam an-Nawawi, “Hendaklah penghafal al-Qur`an menjauhi penyebab yang membuat lalai dari al-Qur`an.” Sebagian ulama berkata bahwa di antara yang membuat lalai adalah “Suhbatus Suu” yaitu berkawan dengan teman yang buruk, karena ia dapat menularkan penyakit malas. Makanya disebutkan dalam riwayat al-Hakim (5533) dan al-Baihaqi (4992): “al Wahdatu khairun min jaliisis suu, wal jaliisus shaalihu khairun minal wahdah” maknanya: “Apabila tidak mendapat kawan baik, maka menyendiri lebih baik (menjauh dari mereka). Namun apabila memperoleh kawan yang shalih, maka lebih baik berkawan dengannya dibanding menyendiri.”

10. Orang yang sudah merasakan lezat dan manisnya dekat dengan Allah, maka ia akan merasakan pahit ketika jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala. Maka di antara musibah dan bala yang paling besar adalah ketika seseorang malah merasakan manis ketika ia bermaksiat kepada Allah Ta’ala, namun tidak merasa lezat ketika beribadah. Wal ‘iyaadzu Billaah.

11. Disebutkan dalam riwayat bahwa Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apabila sebuah rumah dibacakan Kitabullah, maka ahli rumah merasakan kelapangan, banyak kebaikannya, malaikat akan hadir mengisi rumahnya, sementara setan pergi menjauh.”

12. Terakhir, beliau menitipkan lima poin yang hendaknya selalu kami perhatikan dan menjaganya:

  • Menjaga hubungan baik dan kedekatannya dengan Allah Subhanahu wata’ala.
  • Menjauhi racun-racun dalam kehidupan yang membuat kita semakin jauh dari Allah.
  • Selalu hubung dengan da’wah.
  • Istiqamah membaca al-Qur`an.
  • Selalu jaga ta’alluq kepada para Masyayikh.

Semoga Allah Ta’ala jadikan kita sebagai Ahlullah, menjadi khalaf (generasi penerus) terbaik bagi salaf (guru-guru) para pendahulu yang terbaik, dan menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tua dan para Masyayikh. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

Oleh: Umar Abdul Aziz.
Ditulis di dalam perjalanan kembali menuju pondok pesantren Dar El Wihdah.
Hari Ahad, 19 Syawwal 1445 H / 28 April 2024.

Posting Komentar untuk "Halal Bihalal Santri dan Alumni El Wihdah Jabodetabek 1445 H - 2024"

UmarHuseini
Ahlan Wa Sahlan! Selamat Datang di Blog Saya! Setelah membaca postingan saya, saya harap anda meninggalkan jejak dengan memberi komentar dan masukan. Syukran...
TUTUP